Sudah umum kita ketahui bahwa untuk pergi berhaji membutuhkan berbagai kemampuan, mulai dari niat, ilmu, mental, kesehatan, hingga dana. Itulah yang menyebabkan orang yang sudah pergi haji mendapat tempat tersendiri di tengah masyarakat. Sayangnya, undangan prestisius yang hanya diperuntukkan bagi Allah ini seringkali menimbulkan riya, yaitu keinginan dipuji orang lain oleh para pelakunya.
Berbicara tentang ibadah haji sama seperti membicarakan urusan ibadah lainnya. Manfaat yang dihasilkan tidak langsung terlihat (meski tidak selalu begitu). Ibarat hitungan Matematika, 1 + 1 = 2. Namun dalam urusan ibadah, 1 + 1 bisa jadi 1.400. Bagaimana bisa?
“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebaliknya, 1 + 1 bisa jadi justru minus! Bagaimana bisa begitu ya? Nah, coba kita perhatikan hadits berikut.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia” (QS. Al-Baqarah:264).
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” (QS. Al-Maa’uun:4-6).
Riya’ membuat amal sia-sia sebagaimana syirik. (HR. Ar-Rabii’). Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. (HR. Ahmad dan Al Hakim).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, telah berkata seorang penduduk Syam yang bernama Natil kepadanya:”Wahai Syeikh, ceritakan kepada kami suatu hadits yang engkau dengar dari Rasulullah Saw”.
Abu Hurairah menjawab: “Baiklah. Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya orang yang pertama kali didatangkan pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid dan dia diberita-hukan berbagai kenikmatannya sehingga ia pun mengetahuinya. Lalu orang itu ditanya, ‘Apa yang telah engkau lakukan di dunia?’ Orang itu menjawab,’Aku telah berperang di jalan-Mu sehingga aku mati syahid.’ Dikatakan kepadanya, ‘Engkau berbohong, sesungguhnya engkau berperang agar engkau dikatakan seorang pemberani dan (gelar) itu pun sudah engkau dapatkan (di dunia).’
Allah SWT pun memerintahkan agar wajah orang itu diseret dan dilemparkan ke neraka. Lalu didatangkan lagi seorang pembaca Al-Qur’an dan dia diberitahukan berbagai kenikmatan maka dia pun mengetahuinya. Dikatakan kepadanya, ”Apa yang engkau laku-kan di dunia?’ Orang itu menjawab,’Aku telah mempelajari ilmu dan mengajarinya dan aku membaca Al Qur’an karena Engkau.’
Maka dikatakan kepadanya,’Engkau berbohong sesungguhnya engkau mempelajari ilmu agar engkau dikatakan seorang yang alim dan engkau membaca Al Qur’an agar engkau dikatakan seorang pembaca Al Qur’an dan engkau telah mendapatkan (gelar) itu. Lalu Allah memerintahkan agar wajahnya diseret dan dilemparkan ke neraka.
Lalu didatangkan lagi seorang yang Allah berikan kepadanya kelapangan (harta) dan dia menginfakkan seluruh hartanya itu dan dia diberitahukan berbagai kenikmatan maka dia pun mengetahuinya. Dikatakan kepada-nya,”Apa yang engkau lakukan di dunia?’
Orang itu menjawab,’Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau sukai untuk berinfak didalamnya kecuali aku telah menginfakkan didalamnya karena Engkau.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Engkau berbohong sesungguhnya engkau melakukan hal itu agar engkau disebut sebagai seorang dermawan dan engkau telah mendapatkan (gelar) itu. Kemudian orang itu diperintahkan agar wajahnya diseret dan dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim).
Mitra haji dan umrah. Ternyata begitu dahsyat akibat dari riya saat mengerjakan ibadah, termasuk di dalamnya ibadah haji. Efeknya, tidak hanya menghilangkan ibadah haji, bahkan menyebabkan pelakunya jatuh ke api neraka.
Lantas, apakah kita akhirnya tidak perlu berangkat berhaji karena tanpa terduga terbersit perasaan riya? Jangan salah, tidak beramal karena khawatir dikatakan riya juga termasuk perbuatan perbuatan yang menduakan Allah swt, yaitu tidak beramal karena khawatir pada pandangan manusia. Jadi bagaimana dong…?
Ya, beramal saja. Niatkan ibadah haji kita semata hanya karena Allah swt. Bukan karena ingin dipuji orang lain, tetapi semata ingin memenuhi seruan Allah swt. Ingat, mereka yang berhaji pada dasarnya telah dibanggakan Allah swt di hadapan para malaikat.
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda: “Apabila mereka wukuf di Arafah, Allah membanggakannya di hadapan para malaikat…” (HR. Ibnu Hibban)
Jadi, jangan rusak kedudukan dan pahala amal yang telah disediakan Allah swt bagi kita karena berharap pujian dan status dari manusiadan meluruskan niat haji kita.
Oleh karena begitu beratnya menjaga amal dari riya, berikut doa yang diajarkan Rasulullah saw. agar kita terhindar dari riya saat beramal.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, agar tidak menyekutukan-Mu, sedang aku mengetahuinya dan aku minta ampun terhadap apa yang tidak aku ketahui.”
(HR. Ahmad)
Semoga haji kita diterima dan haji mabrur dapat kita raih. Selamat menunaikan ibadah haji. (RA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar